Ditulis tanggal 5 Feb 2021 08:20:24
Syukur atas 93 tahun Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus (BHK) Bermisi di Indonesia dirayakan secara sederhana pada Selasa (2/2/2021) di Biara Frateran Bunda Hati Kudus Malang.
Perayaan misa syukur dipimpin Pastor Eko, Pr dihadiri Frater Superior Kongregasi Frater BHK Frater Venansius Edi Budi Santoso, BHK bersama Dewan Pimpinan Umum, Pengurus Yayasan Mardi Wiyata Pusat Malang. Juga dihadiri para kepala sekolah pada 6 sekolah Mardi Wiyata di Sub Perwakilan Malang serta para guru dengan tetap mengikuti Prokes Covid-19.
Dalam Rilis yang diterima Ri.com Selasa (2/2/2021) Ketua Yayasan Mardi Wiyata Pusat Malang Frater M. Polikarpus, BHK mengurai perjalanan Kongregasi Frater BHK dari Utrecht Belanda hingga berkarya di bumi Indonesia pada tanggal 02 Februari 1928 dimana pertama kali berkedudukan di Malang.
Mantan Kepala Sekolah SMAK Frateran Maumere Flores NTT mengatakan hadirnya Tarekat BHK tidak terlepas dari keprihatinan Uskup Utrecht Belanda Mgr Andreas Ignatius Schaepman dimana kondisi pendidikan di Utrecht saat itu sangat memprihatinkan. Di sisi lain katanya sekolah katolik tidak memiliki tenaga pendidik yang berkualitas dan terampil untuk membina kaum muda. Akibatnya mutu pendidikan sangat rendah dan terjadi degradasi moral di kalangan kaum muda.
“Situasi ini membuat gereja prihatin dan mengetuk nurani uskup Schaepman untuk mendirikan Tarekat Frater Bunda Hati Kudus tanggal 13 Agustus 1873 dengan tujuan menanggulangi masalah pendidikan,” ujar Frater Poli.
Masuk Indonesia
Di Indonesia menurut Fr. Poli yang juga mantan Bendahara dan Sekretaris Yayasan Mardy Wiyata Pusat Malang ini, BHK memulai karya apostoliknya di Keuskupan Malang dan Surabaya (Jawa) tahun 1928. Mulanya pelayanan pendidikan dikhususkan bagi anak-anak Katolik dari Belanda dan Indo Belanda. Beberapa tahun kemudian pelayanan pendidikan dibuka untuk umum tanpa membedakan Sara.
Lanjut Frater Poli, sebelum Perang Dunia II karya Kongregasi dibuka di Kediri dan Palembang- Sumatra. Kemudian ekspansi ke daratan Flores di Ende, Ndao tahun 1947 dengan menangani ELS, ALS, Schackel School. Di Mataloko, Bajawa, para Frater mulai berkarya tahun 1949, di Ndona Ende tahun 1951 serta daratan Timor.
Refleksi 93 Tahun
Berkaitan dengan misi BHK di bidang pendidikan Frater Poli mengatakan Yayasan Mardi Wiyata merupakan ujung tombak dari misi BHK. Hal ini nampak dimana Para Frater mengelola 22 Satuan Pendidikan yang tersebar di Jawa Timur, Sumatra, Kalimantan (Nunukan), Sumba, Timor dan Flores, 7 asrama dan 1 museum.
“Tantangan kian berat saat ini berkaitan dengan kuantitas, kualitas, regulasi pemerintah dan Covid-19. Yang patut kita maknai adalah semangat misionaris pendahulu,” tegas Biarawan asal Sikka Flores NTT ini.
Saat ini tambah dia lagi bekerja harus dalam team work bukan Single fighter. Jika ingin berlari cepat, berlarilah sendiri, tetapi jika kamu ingin berlari jauh, berlarilah bersama- sama, katanya meneguhkan.
Kepada para pendidik yang bekerja di Satuan Pendidikan Yayasan Mardi Wiyata Frater Poli tidak menyerah dengan situasi dan kondisi saat ini tetapi terus memaknai spiritualitas pendiri kongregasi dan pendahulu.
“Semangat para misionaris pendahulu harus terus membakar semangat kita agar Obor BHK dan Mardi Wiyata terus menyala dan berkobar,” tutupnya.
(2021, Februari 2). Diakses pada 4 Februari 2021 dari artikel realitainfo.com